🦙 Jalan Dakwah Itu Berat

Jalandakwah Gus Huda mengubah lokalisasi puncak, menjadi pesona kebaikan dan pendidikan Islam diketahui Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Cilacap, H. Imam Tobroni. Lewat akun sosmednya, ia mengaku dan mengapresiasi terhadap perjuangan Gus Huda disampaikan; "Saya Mengenal Beliau Gus Huda (panggilan kerenya) sejak muda Bersama. Dakwah memang berat, namun bisa dinikmati dengan seiring berjalannya waktu. Sebagaimana pendaki gunung yang menapaki beratnya medan dipegunungan, mereka akan berhenti sejenak untuk istirahat sambil menikmati pemandangan yang terhampar, berat namun ketika dinikmati tak terasa sudah mencapai puncak pegunungan, dimana ke indahannya sanggup melupakan beratnya medan. Memang begitulah dakwah yang akan senantiasa menemui berbagai persoalan dalam perjalanannya, nikmatilah setiap peristiwa dengan berbagai hikmah yang terkandung. Ah… memang dakwah adalah sesuatu, ya sesuatu yang membuat kehidupan tidak pernah mengalami kebosanan, karena akan terus terpacu kepada tantangan zaman dan perubahan yang terjadi ditengah-tengah ummat. Sesuatu yang membuat seorang hamba terus hidup walaupun meninggal, ya terus hidup apa yang diajarkan kepada ummat. Dan sesuatu yang akan terus menjadi poros kehidupan. Tibalah saatnya sampai kepada akhir dari perjalanan hidup. Tangan sudah tidak bisa lagi untuk mengajak, kaki sudah tidak bisa lagi berjalan dan mulut sudah bisa lagi berucap, jasadpun sudah kaku karena ditinggalkan oleh Ruh. Ketika itu seorang hamba dipanggil untuk melaporkan usaha terbaiknya kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Saat itulah, ketika pengemban dakwah yang beruntung akan di masukkan kedalam surga dengan berbagai kenikmatannya, seketika itu terlupakan seluruh jarum yang menusuk badannya, cacian makian yang diterimanya, penolakan yang diterimanya, tebasan pedang yang menyayat badannya dan berbagai ujian yang diterimanya. Sungguh perniagaan yang menguntungkan. – يَا مُخَنثَ العزْمِ أيْنَ أَنْتَ وَالطّريقُ ؟ طَريقٌ تَعِبَ فِيهِ آدمُ ، وناحَ لأَجْلِهِ نُوح ، وَرُميَ فِي النَّار الْخَلِيلُ ، وأضْجِعَ للذّبْحِ إسْماعيلُ ، وَبِيعَ يُوسُف بثَمَنٍ بَخْس ولَبِثَ فِي السِّجْنِ بِضْعَ سِنين ، وَنُشِرَ بالْمِنْشَار زكريا ، وذُبِحَ السّيدُ الْحصورُ يَحْيَ ، وَقَاسَى الضُّرّ أيوبُ ، وزادَ عَلى المِقْدارِ بُكَاءُ داود ، وسَارَ معَ الْوَحْشِ عِيسى ، وعَالجَ الْفَقْرَ وأنواعَ الأذَى محمّد صلّى الله عليه وسلم ، تزْهَا أنت باللّهوِ وَاللّعِب ابن قيم الجوزية, الفوائد Jalan menuju Allah adalah jalan dimana Adam kelelahan Nuh mengeluh Ibrahim dilempar ke dalam api Ismail dibentangkan untuk disembelih Yusuf dijual dengan harga yang murah dan dipenjara selama beberapa tahun Zakaria digergaji Yahya disembelih Ayyub menderita penyakit Daud menangis melebihi kadar semestinya Isa berjalan sendirian dan Muhammad shalallahu alaihi wasallam mendapatkan kefakiran dan berbagai gangguan. Sementara kalian ingin menempuhnya dengan bersantai dan bermain-main? Demi Allah takkan pernah terjadi! Pos-pos Terkait Merekamenyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka ta'at kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". [At-Taubah:71] Dalam berdakwah, hendaknya sesuai kemampuan kita. Jalan dakwah tidak ditaburi bunga-bunga yang harum baunya, tetapi merupakan jalan yang panjang dan penuh kesulitan. Sebab, antara yang haq ... Jalan dakwah tidak ditaburi bunga-bunga yang harum baunya, tetapi merupakan jalan yang panjang dan penuh kesulitan. Sebab, antara yang haq dan yang batil ada pertentangan nyata. Dakwah memerlukan kesabaran dan ketekunan dalam memikul beban berat. Dakwah memerlukan kemurahan hati, kedermawanan dan pengorbanan tanpa mengharap hasil yang segera, tanpa putus asa dan putus harapan. Yang diperlukan ialah usaha dan kerja yang terus menerus dan hasilnya terserah kepada Allah, sesuai waktu yang dikehendaki-Nya. Mungkin aktifis dakwah tidak melihat hasil dan buah dakwah di dalam hidup dunia ini. Kita hanya diperintah beramal dan berikhtiar, tidak diperintah melihat hasil dan buahnya. Sebaliknya, aktifis dakwah di jalan Allah akan menemui berbagai gangguan dan penyiksaan dari golongan taghut serta musuh-musuh Allah yang ingin menghapuskan mereka, memusnahkan dakwah mereka, atau menghalangi mereka dari jalan Allah. Itu adalah persoalan biasa yang telah berulang kali terjadi di masa silam dan akan terus terjadi di masa yang akan datang. Semuanya didorong oleh ketakutan para taghut. Mereka takut kekuasaannya yang berdiri di atas kebathilan akan musnah jika yang haq bangun dan bergerak menghapus kebathilan. Allah SWT berfirman "Sesungguhnya Kami melontarkan yang haq kepada yang bathil, lalu yang haq itu menghancurkannya, maka serta merta yang bathil itu lenyap." QS. Al-Anbiya' 18 Dalam menggalakkan terkaman dan cengkraman kuku besi mereka ke atas dakwah al-haq dan para pendukungnya, mereka terlebih dulu akan menciptakan berbagai tuduhan yang keji dan penuh kedustaan. Tuduhan-tuduhan jahat dan dusta itu kemudian dilemparkan kepada para pendukung dakwah. Mereka gambarkan kepada manusia bahwa para pendukung dakwah itu adalah musuh bangsa dan rakyat, supaya orang-orang bangun menentang mereka seperti apa yang dilakukan oleh Fir'aun dan para pembesarnya terhadap Musa. Firman Allah "Dan berkatalah Fir'aun kepada pembesar-pembesarnya Biarkanlah aku membunuh Musa dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya, karena sesungguhnya aku khawatir ia akan menukar agamamu atau menimbulkan kerusakan di muka bumi" QS. Al-Mukmin 26 Demikianlah sikap Fir'aun, pembesar dan pengikutnya baik Fir'aun kuno maupun Fir'aun modern. Nabi Musa dituduh sebagai perusak dan Fir'aun dianggap sebagai pembela bangsa dan pemelihara kepentingannya. [Sumber Fiqhud Dakwah, karya Syaikh Mustafa Masyhur]
Disinilah rutinitas jalan pagi masuk. "Dengan berjalan kaki setiap pagi, Anda mengurangi peningkatan tekanan darah dan detak jantung, sehingga meningkatkan kesehatan kardiovaskular Anda," kata Dr. Flores. 2. Berjalan Dapat Meningkatkan Kemampuan Tubuh Menggunakan Oksigen dan Bernapas. Jalan pagi bisa baik untuk jiwa dan paru-paru Anda.
Dakwah adalah jalan para nabi dan rasul Allah SWT. Tak ada seorang nabi dan rasul pun diutus oleh Allah SWT kecuali untuk berdakwah; menyampaikan risalah-Nya kepada umat manusia. Para nabi dan para rasul adalah orang-orang mulia. Mereka adalah manusia-manusia pilihan Allah SWT. Demikian pula tugas dakwah yang mereka emban. Sama-sama mulia. Begitu mulianya, tidak ada yang lebih baik daripada aktivitas dakwah. Allah SWT tegas berfirman وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ Siapakah yang lebih baik ucapannya daripada orang-orang yang menyeru manusia ke jalan Allah, beramal shalih dan berkata, “Sungguh aku ini termasuk kaum Muslim.” TQS Fushilat [41] 33. Namun demikian, sebagai bagian dari sunatullah, jalan dakwah bukanlah jalan yang mulus. Jalan dakwah adalah jalan terjal, penuh onak dan duri. Jalan yang kadang mengundang bahaya. Karena itu tak sedikit yang berguguran di jalan dakwah. Namun, tidak demikian dengan para nabi dan para rasul. Tak ada satu nabi dan rasul pun kecuali mereka tetap istiqamah dan teguh di jalan dakwah. Salah satu contohnya adalah Nabi Nuh as. Beliau mendakwahi umatnya selama 950 tahun! Lihat QS al-Ankabut [29] 14. Yang luar biasa, beliau mendakwahi umatnya siang dan malam! Namun begitu, sebagaimana kita ketahui, orang-orang yang berhasil beliau dakwahi tidak banyak. Para pengikut beliau sangatlah sedikit. Banyak yang tak peduli dan lari. Banyak pula yang menentang dakwah beliau Lihat QS Nuh [71] 5-7. Demikian pula Nabi Ibrahim as. dalam mendakwahi kaumnya. Tantangan dakwah beliau sangat berat. Bahkan beliau harus berhadapan dengan penguasa bengis, Raja Namrud. Akibat dakwah beliau, beliau harus rela dibakar dengan nyala api yang sangat besar yang mengepung beliau Lihat QS al-Anbiya’ [21] 66-69. Tantangan dakwah juga dialami oleh Nabi Luth as., Nabi Musa as., dan para nabi/rasul yang lain. Hal yang sama tentu juga dialami oleh Baginda Rasulullah saw. dan para Sahabat beliau. Hanya karena dakwah, Rasulullah saw., misalnya, pernah dipukul sampai pingsan HR Muslim; dilempar dengan batu, dilempari saat melewati Pasar Dzul Majaz oleh Abu Lahab HR Ibnu Hibban; dilempari dengan kotoran unta saat sedang sujud oleh Uqbah bin Abi Mu’ith HR al-Bukhari; hendak diinjak lehernya oleh Abu Jahal saat beliau sedang shalat; diejek dan di-bully saat beliau berdakwah ke Thaif HR Ibnu Hisyam; dicaci-maki bahkan diludahi HR ath-Thabari; dituding gila, tukang sihir, pemecah-belah, dll. Hal yang sama dialami oleh para Sahabat beliau. Ragam penyiksaan, misalnya, dialami antara lain oleh suami-istri, yaitu Yasir dan Sumayah, serta putranya, Ammar. Ada juga Sahabat yang diikat, seperti dialami oleh Sa’id bin Zaid bin Amr bin Nufail dan ibunya HR al-Bukhari. Ada yang ditekan oleh Ibunya, seperti dialami oleh Saad bin Abi Waqash HR Ibnu Hibban. Ada yang dijemur di bawah terik matahari, seperti dialami Bilal bin Rabbah HR al-Hakim. Ada yang dilarang tampil dan menyerukan dakwah secara terbuka, seperti dialami oleh Abu Bakar HR al-Bukhari. Rasulullah saw. dan para Sahabat juga pernah diboikot selama 3 tahun. Mereka tinggal di suatu lembah. Selama pemboikotan, banyak dari mereka yang kelaparan, terutama anak-anak HR Ibnu Saad dan adz-Dzahabi. Beliau dan para Sahabat pun dihalang-halangi untuk berhijrah. Namun, semua itu tidak sedikit pun membuat mereka mundur dan surut dari jalan dakwah. Arah Perjuangan Dakwah Mengapa para nabi dan para rasul Allah SWT seluruhnya mengalami ragam tantangan, rintangan dan gangguan di jalan dakwah? Jawabannya setidaknya ada dua. Pertama, karena arah perjuangan dakwah mereka jelas dan tegas menentang segala bentuk kekufuran dan kesyirikan; menentang rezim zalim; menentang sistem status quo yang notabene rusak dan merusak, yang bertentangan dengan risalah yang mereka emban. Itulah risalah tauhid. Risalah yang mengajari manusia agar menyembah dan mengabdi hanya kepada Allah SWT. Tentu dengan menjalankan dan menerapkan seluruh syariah-Nya dalam seluruh aspek kehidupan mereka. Dengan begitu yang berlaku di tengah-tengah manusia hanyalah agama-Nya. Allah SWT berfirman هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا Dialah Allah Yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan kebenaran agar Dia menangkan atas semua agama. Cukuplah Allah sebagai Saksi TQS al-Fath [48] 28. Kedua, tentu karena konsistensi, keistiqamahan dan keteguhan mereka di jalan dakwah. Tak ada sedikit pun sikap putus asa, gentar apalagi takut. Mereka pantang mundur dari jalan perjuangan di jalan Allah. Bahkan teror kaum kafir terhadap mereka semakin menambah keimanan kepada Allah SWT dan makin menguatkan keyakinan mereka akan pertolongan-Nya. Allah SWT berfirman الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ Mereka ditakut-takuti oleh orang-orang yang berseru, “Sungguh orang-orang telah berkumpul untuk menyerang kalian. Karena itu takutlah kalian kepada mereka!” Namun, seruan itu malah makin menambah keimanan mereka. Mereka berkata, “Cukuplah Allah Penolong kami dan Dia adalah sebaik-baik Penolong.” TQS Ali Imran [3] 173. Karena itulah, sebagaimana Rasulullah saw. dan para Sahabat, hendaknya para pengemban dakwah hari ini tetap fokus pada arah perjuangan dakwah mereka. Arah perjuangan dakwah yang hakiki tentu harus tertuju pada penegakan sistem kehidupan Islam atau penerapan syariah Islam secara kâffah dalam seluruh aspek kehidupan. Memelihara Sikap Optimis Karena itu meski tantangan, rintangan dan gangguan di jalan dakwah sudah pasti terjadi, sudah selayaknya para pengemban dakwah tetap memelihara sikap optimis. Optimis bahwa pada akhirnya pertolongan Allah SWT akan segera tiba dan kemenangan dakwah akan segera datang. Sebabnya, pertolongan Allah SWT itu amat dekat. Demikian sebagaimana firman-Nya أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk surga, sementara belum datang kepada kalian seumpama yang pernah dialami oleh orang-orang sebelum kalian. Mereka ditimpa ragam kesulitan dan bahaya serta berbagai guncangan hingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersama beliau berkata, “Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah sungguh pertolongan Allah itu amat dekat TQS al-Baqarah [2] 214. Karena itu pula, agar kita selalu optimis Pertama, harus ditanamkan ke dalam hati kita dan umat ini, bahwa Islam adalah agama yang haq, yang diturunkan oleh Allah SWT untuk mengatur seluruh kehidupan umat manusia QS al-Maidah [5] 3. Kedua, harus ditanamkan ke dalam hati kita dan umat ini, bahwa kita adalah umat terbaik QS Ali Imran [3] 110. Karena itu Allah menetapkan kita dan umat ini sebagai pemimpin dunia, dengan membawa peradaban Islam yang sempurna QS al-Baqarah [2] 143. Ketiga, Allah SWT juga memerintahkan kita menerapkan pemerintahan berdasarkan wahyu yang telah Dia turunkan QS al-Baqarah [2] 49. Ini merupakan keniscayaan, bahwa kita dan umat ini adalah pemimpin seluruh umat manusia. Keempat, Allah SWT telah berjanji akan memenangkan agama-Nya atas semua agama yang lain QS at-Taubah [9] 33; QS al-Fath [48] 28; QS ash-Shaff [61] 9. Janji ini telah dipenuhi oleh Allah ketika Nabi Muhammad saw. masih hidup. Ketika Islam dimenangkan atas seluruh agama baik Yahudi, Nasrani, Paganisme maupun yang lain. Ketika itu ideologi belum lahir. Setelah ideologi Kapitalisme dan Sosialisme lahir, Islam memang secara politik dikalahkan, khususnya setelah Khilafah Islam dihancurkan oleh konspirasi kaum kafir, 3 Maret 1924 M. Namun, yakinlah, sesuai dengan janji Allah SWT, Islam akan kembali Dia menangkan atas seluruh ideologi yang ada di dunia. Apalagi Allah SWT pun berjanji akan memberikan kembali Kekhilafahan-Nya kepada kaum Mukmin dan orang-orang yang melakukan amal shalih, yang tidak menyekutukan Allah dengan yang lain sedikit pun QS an-Nur [24] 55. Kelima, harus ditanamkan ke dalam hati kita dan umat ini bahwa menegakkan Islam dan seluruh syariahnya dalam seluruh aspek kehidupan ini adalah wajib. Haram umat ini dan seluruh manusia diperintah dan dihukumi bukan dengan syariah Allah SWT, sebagaimana yang terjadi hari ini. Sebabnya, siapapun yang tidak memerintah dan berhukum dengan syariah-Nya bisa terkategori kafir, zalim atau fasik Lihat QS al-Maidah [5] 44,45 dan 47. Keenam, harus ditanamkan ke dalam hati kita dan umat ini bahwa setelah semua upaya terbaik sudah dilakukan, maka berikutnya adalah urusan Allah SWT Lihat QS ath-Thalaq [65] 3. Dengan kata lain, kita wajib bertawakal kepada Allah SWT dengan terus melakukan ikhtiar yang terbaik. Inilah yang menjadi hujjah kita di hadapan-Nya kelak. WalLâhu a’lam. [] Sumber Buletin Kaffah No. 226 04 Jumadil Akhir 1443 H/7 Januari 2022 M
Dakwah Antara Perjuangan dan Pengorbanan. Rasulullah berdakwah tidak sekadar meminta masyarakat untuk melaksanakan ibadah yang bersifat individu. Tapi sampai menjadi islam tegak di muka bumi dan menjadi tatanan sebuah kehidupan dalam bermasyarakat. Sebab itu, dakwah adalah sebuah perjalanan panjang dan berat.

Bentuk-bentuk Jatuh di Jalan Dakwah Menjadi lambat, kurang kontribusi, kurang produktifMenjadi pasif dan tidak berbuat apa-apaMenarik diri dari lingkaran dakwahMenjadi benci terhadap dakwahBerbalik memusuhi dan memerangi dakwahItulah beberapa indikasi jatuhnya seseorang di jalan dakwah, mulai dari indikasi yang ringan sampai pada yang paling berat. Fenomena berjatuhan di jalan dakwah adalah fenomena yang hampir selalu ada. Siapakah yang dirugikan dari fenomena ini? Dakwah? Sampai batas-batas tertentu, bisa jadi. Akan tetapi, yang sebetulnya dirugikan adalah sang aktivis dakwah yang terjatuh itu ibarat gerbong kereta yang mengangkut para aktivisnya sebagai penumpang. Jika ada seseorang yang tertinggal dari gerbong, akan ada saja orang lain yang menggantikan kursi tempat duduknya. Tertinggalnya orang tersebut hampir tidak berpengaruh pada dakwah. Sebaliknya, yang tertinggal itulah yang menjadi rugi. Relakah kita menjadi orang yang tertinggal itu?Orang-orang yang jatuh di jalan dakwah bisa juga diibaratkan seperti daun-daun yang berguguran dari sebuah pohon yang rindang dan lebat daunnya. Itulah 'pohon dakwah'. Dedaunan yang jatuh berguguran itu sama sekali tidak merugikan pohon besar tersebut. Justru, dedaunan yang gugur itulah yang menjadi binasa karena ia akan menjadi kering dan hancur karena tidak lagi bisa mendapatkan suplai makanan dari pohon. Relakah kita menjadi daun yang gugur itu?Selanjutnya, apa sajakah yang bisa menyebabkan seorang aktivis dakwah terjatuh di jalan dakwah? Secara umum, ada 2 sebab faktor internal dan faktor Faktor Internal 1. Karena semangat menurun Antisipasi Senantiasa menjaga kekuatan ruhiyahMembentengi diri dengan ilmu yang kokoh 2. Karena merasa jenuh Antisipasi Tidak berlebihan dan ekstrim, menanggung beban yang terlalu beratMelakukan refreshing dan hal-hal yang menghibur diri 3. Karena tidak puas Antisipasi Senantiasa ikhlas hanya karena Allah dan tidak menggantungkan harapan dan orientasi kepada selain-Nya 4. Karena tidak bisa memahami dakwah Antisipasi Terlibat dan terjun langsung dalam dakwah sehingga memahami realitasSenantiasa mengikuti perkembangan dan dinamika terkiniSenantiasa meningkatkan dan mempeluas ilmu dan pemahaman Karena Faktor Eksternal 1. Karena terbawa oleh lingkungan pergaulan Antisipasi Cari lingkungan pergaulan dan teman-teman dekat yang baikPerkuat ketahanan diri ruhiyah dan ilmu 2. Karena tekanan dan pengaruh keluarga Antisipasi Membangun komunikasi dan hubungan yang baik dengan keluargaBerusaha untuk berdakwah dalam keluarga dengan cara yang sebaik-baiknyaMemiliki ”keluarga kedua” 3. Karena terbuai oleh kenikmatan dunia Antisipasi Perkuat ketahanan diri ruhiyah dan ilmuMemiliki tameng diluar diri kita orang-orang yang bisa menjaga diri kita, bentuk-bentuk kenikmatan tandingan yang syar’i 4. Karena tidak kuat menghadapi tekanan kehidupan Antisipasi Memantapkan pilar-pilar kehidupanPerkuat ketahanan diriPerhatian dan bantuan dari saudara-saudaranya 5. Karena tidak kuat menghadapi intimidasi Antisipasi Perkuat ketahanan diriMempersenjatai diriPembelaan dan dukungan dari saudara-saudaranya 6. Karena perselisihan atau konflik dengan saudaranya Antisipasi Senantiasa menjaga adab-adab dan akhlaq-akhlaq mu’amalah dengan saudara-saudaranyaMemiliki hati yang lapangAdanya peredam bibit-bibit perselisihan dan konflik

128kmembers in the indonesia community. Selamat datang di subreddit kami! Welcome to our subreddit! Please follow the rules and respect others Banyak diantara kita bila mendengar kata “berkorban” yang terbayang adalah kesulitan, beban, merugikan, menyakitkan dan berbagai perasaan lain yang tidak menyenangkan. Hal ini wajar karena berkorban mengharuskan seseorang mengesampingkan kepentingannya sendiri. Hal ini akan terasa berat dan menjadi beban bagi mereka yang tidak memahami esensi berkorban itu. Disatu sisi berkorban dijalan dakwah merupakan tuntutan yang harus dipenuhi. Karena dakwah merupakan kewajiban bagi setiap mukmin untuk tegaknya agama Allah. Sedangkan disisi lain secara manusiawi seseorang akan merasa berat jika dituntut untuk melakukan sesuatu yang dianggap merugikan atau tidak menguntungkan diri sendiri. Oleh karenanya diperlukan pemahaman yang utuh tentang berkorban dijalan dakwah itu sendiri. Apakah benar pengorbanan dijalan dakwah itu merugikan dan merupakan beban bagi para pengemban dakwah. Kalau kita coba pahami dengan baik ternyata berkorban itu bukan hanya untuk kepentingan orang lain. Sebenarnya manfaatnya akan kembali kepada diri sendiri. Seseorang yang merelakan hartanya untuk berjuang dijalan Allah sebenarnya ia tengah menabung untuk dirinya. Karena Allah akan memberikannya kembali dengan tambahan yang lebih besar diakhirat nanti. Dia berfirman مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ – ٢٦١ “Perumpamaan nafkah yang dikeluarkan oleh orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan ganjaran bagi siapa yang dia kehendaki. dan Allah Maha luas karunia-Nya lagi Maha Mengetahui”. QS. alBaqarah261. Rasulullah saw. bersabda مَنْ أَنْفَقَ نَفَقَةً فِي سَبِيْلِ اللهِ تَضَاعَفَتْ بِسَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ. رواه أحمد “Barangsiapa menafkahkan sesuatu dijalan Allah maka akan dilipatgandakan sampai tujuh ratus kali lipat”. HR. Ahmad Begitu juga orang yang mengorbankan jiwanya dalam rangka menegakkan agama Allah akan mendapat kedudukan yang tinggi disisiNya. Ia akan menggapai syahadah yang akan mengantarkannya kepada kebahagiaan abadi. Agar berkorban menjadi ringan Agar berkorban dijalan dakwah terasa ringan ada beberapa hal yang mesti kita lakukan; Pertama, berusaha menjadikan dakwah sebagai sesuatu yang paling kita cintai. Mencintai dakwah melebihi cinta kepada anak, istri, harta, bahkan diri sendiri. Inilah yang terjadi pada pribadi para sahabat Rasulullah saw.; Abubakar, Umar, Utsman, dan yang lainnya. Mereka rela mengorbankan diri dan hartanya dijalan Allah. Ketika Abubakar datang kepada Rasulullah saw. dengan membawa seluruh hartanya, Beliau saw. bertanya, “Adakah harta yang engkau sisakan? Ia menjawab, “Ada pada Allah dan Rasulnya.” Zaid bin Haritsah tidak merasa takut melesak ketengah barisan musuh diperang Mu’tah. Karena yang ia cari adalah syahid dijalan Allah. Ia telah menjual dirinya kepada Allah dengan surga sebagai harganya. Inilah yang Allah gambarkan dalam firmanNya اِنَّ اللّٰهَ اشْتَرٰى مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ اَنْفُسَهُمْ وَاَمْوَالَهُمْ بِاَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَۗ يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ فَيَقْتُلُوْنَ وَيُقْتَلُوْنَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِى التَّوْرٰىةِ وَالْاِنْجِيْلِ وَالْقُرْاٰنِۗ وَمَنْ اَوْفٰى بِعَهْدِهٖ مِنَ اللّٰهِ فَاسْتَبْشِرُوْا بِبَيْعِكُمُ الَّذِيْ بَايَعْتُمْ بِهٖۗ وَذٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ – ١١١ Sesungguhnya Allah Telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. Itu Telah menjadi janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang Telah kamu lakukan itu, dan Itulah kemenangan yang besar. QS. At-Taubah111 Dengan mencintai dakwah sebagai wujud kecintaan kita kepada Allah kita akan merasa ringan ketika harus berkorban dijalannya. Seperti seseorang yang mencintai istri dan anaknya maka ia akan rela berkorban untuk mereka. Atau seperti seorang laki-laki yang mencintai seorang gadis, ia akan rela melakukan apapun demi mendapatkan cintanya. Seorang hamba yang mencintai Allah dengan sepenuh hatinya ditanya tentang kebiasaannya yang suka memberikan hartanya dan mengorbankan jiwanya dijalan Allah tanpa perhitungan, apa gerangan yang membuatnya demikian? Ia mengatakan, “Suatu ketika aku mendengar sepasang manusia yang sedang dimabuk cinta berbisik-bisik ditempat yang sunyi. Sang pemuda berkata kepada gadis disampingnya, “Aku, demi Allah sangat mencintaimu sepenuh hati, tapi mengapa engkau selalu berpaling dariku.” Gadis itu menjawab, “Jika engkau benar-benar mencintaiku, apa yang hendak engkau persembahkan sebagai bukti cintamu.” Pemuda itu berkata, “Akan aku persembahkan seluruh jiwa ragaku untukmu.” Hamba Allah itu berkata, “Ini adalah kisah cinta sesama makhluk, bagaimana jika yang dicintainya itu adalah Sang Khaliq yang layak untuk dipuja dan disembah?” Kedua, membiasakan diri dalam berkorban. Para nelayan yang sudah terbiasa menghadapi ombak dan badai serta dinginnya angin malam tidak merasa berat dengan semua itu, mengapa? Karena mereka sudah biasa. Dengan membiasakan diri untuk berkorban kita akan merasa ringan. Oleh karenanya sejak dari awal sejatinya dakwah harus disertai dengan semangat pengorbanan dan dibiasakan untuk berkorban baik harta, tenaga, waktu bahkan jiwa. Jika perlu diri kita harus dipaksa untuk berkorban agar hal itu menjadi sebuah kebiasaan. Dan yang harus memaksanya adalah diri sendiri, bukan orang lain. Para ustadz dan pembimbing mungkin hanya bisa mengarahkan dan membina agar para pengemban dakwah tersebut mau berkorban. Tetapi selanjutnya merekalah yang mengusahakan dirinya agar dengan suka rela memberikan pengorbannya untuk dakwah. Coba simak apa yang dilakukan Abdullah bin Rawahah ketika maju ke tengah medan pertempuran tetapi hatinya merasa ragu karena takut terhadap kematian maka ia serukan kepada jiwanya “Aku sungguh bersumpah, hai jiwaku, kau mesti menerjuni pertempuran, Mau atau tidak, kau terpaksa menghadapinya. Apabila orang-orang itu berhimpun dan mereka berpekik keras-keras, maka mengapa aku melihatmu membenci surga? Cukup lama kau merasakan ketenangan Bukankah kau tiada lain adalah air mani didalam kulit?” Ia kemudian menerjang ke tengah musuh dengan dahsyatnya hingga meninggal dalam keadaan syahid. Abdullah telah berhasil memaksa dirinya untuk mengorbankan jiwanya. Ia cambuk jiwanya ketika mencoba memalingkan dirinya dari pengorbanan itu. Tindakan seperti inilah yang mesti kita lakukan ketika jiwa kita merasa pelit dan malas untuk berkorban dijalan dakwah. Diri kita harus dipaksa untuk terbiasa dan bisa berkorban demi dakwah untuk meninggikan kalimah Allah li i’laali kalimatillah. Ketiga, berdakwah dengan penuh perasaan dan kesadaran. Selama ini kita merasa berat dalam melakukan aktifitas dan pengorbanan dalam dakwah mungkin karena kita tidak melakukan semuanya itu dengan sepenuh perasaan dan kesadaran. Padahal perasaan yang menyertai suatu aktifitas akan mampu menghilangkan rasa berat yang mungkin muncul. Sementara kesadaran penuh ketika melakukan suatu perbuatan akan mendatangkan kenikmatan didalamnya. Ketika dakwah yang kita lakukan hanya merupakan rutinitas atau bahkan hanya sekedar sebagai penggugur dosa maka ia akan tetap menjadi sebuah beban, dan pengorbanan dijalannya akan terasa memberatkan. Seperti shalat yang hanya membutuhkan waktu tidak lebih dari lima menit akan terasa berat bagi orang-orang yang melaksanakannya tidak disertai dengan perasaan dan kesadaran. Berbeda dengan Rasulullah saw. dan para sahabat yang justru merasa nikmat ketika melaksanakan shalat. Sehingga mereka betah menghabiskan waktu yang lama dalam shalatnya. Sebaliknya orang-orang munafik malah merasa berat walau shalatnya hanya seperti burung bangau mematuk cacing. Allah beritakan hal ini dalam Alqur’an وَمَا مَنَعَهُمْ اَنْ تُقْبَلَ مِنْهُمْ نَفَقٰتُهُمْ اِلَّآ اَنَّهُمْ كَفَرُوْا بِاللّٰهِ وَبِرَسُوْلِهٖ وَلَا يَأْتُوْنَ الصَّلٰوةَ اِلَّا وَهُمْ كُسَالٰى وَلَا يُنْفِقُوْنَ اِلَّا وَهُمْ كٰرِهُوْنَ – ٥٤ Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan Karena mereka kafir kepada Allah dan RasulNya dan mereka tidak mengerjakan sembahyang, melainkan dengan malas dan tidak pula menafkahkan harta mereka, melainkan dengan rasa enggan. QS. At-Taubah54 Mengapa bisa terjadi perbedaan perasaan antara Rasulullah saw. dan para sahabat dengan orang munafik ketika melaksanakan shalat itu. Karena Rasulullah saw. dan para sahabat melaksanakannya dengan segenap perasaan dan kesadaran khusyu, sementara orang munafik melakukannya karena terpaksa kaarihuun. Maka tidak heran jika Khalid bin Walid, seorang panglima perang yang gagah-berani, merasakan kenikmatan luar biasa ketika berada dimedan perang. Padahal peperangan telah melukai setiap jengkal tubuhnya. Ia berkata, “Aku lebih menyukai malam yang sangat dingin dan bersalju, di tengah-tengah pasukan yang akan menyerang musuh pada pagi hari, daripada menikmati indahnya malam pengantin bersama wanita yang aku cintai atau aku dikabari dengan kelahiran anak laki-laki.” HR al-Mubarak dan Abu Nuaim. Suatu hal yang menyakitkan seperti perang menjadi nikmat karena dilakukan dengan segenap perasaan dan kesadaran. Khatimah Saat ini kita semua yang terjun didunia dakwah sangat diharapkan pengorbanannya demi tegaknya kembali hukum Allah dimuka bumi. Pengorbanan yang tulus dari hati sanubari. Pengorbanan yang tidak pernah berhenti. Berkorban dengan segala yang kita miliki. Pengorbanan dengan senang hati karena hal itu muncul dari kesadaran diri. Semakin banyak orang yang mau berkorban akan semakin dekat kemenangan datang. Sebaliknya bila sedikit orang yang mau berkorban maka akan semakin jauh pula kemenangan itu tiba. Keberhasilan kaum Muslimin menegakkan Daulah Islam di Madinah dalam waktu singkat adalah karena pengorbanan yang luar biasa dari mereka. Mush’ab bin Umair misalnya rela meninggalkan kemewahan hidupnya demi memenuhi seruan dakwah. Kaum Muhajirin rela berpisah dengan keluarga dan meninggalkan hartanya di Mekkah karena panggilan dakwah. Begitu juga kaum muslimin pada masa Khulafaur rasyidin dan para Khalifah sesudahnya lebih mementingkan dakwah dan jihad ketimbang mengejar duniawi. Sehingga islam mampu menyinari dua pertiga wilayah dunia dalam masa kejayaannya selama tiga belas abad. Tak inginkah kita berada dibarisan mereka yang telah berbahagia menyandang predikat pejuang islam. Orang-orang yang telah menghiasi perjalanan hidupnya dengan pengorbanan dijalan dakwah. Orang-orang yang telah mengukir sejarah peradaban islam yang gemilang. Jangan sia-siakan kesempatan untuk berkorban dijalan Allah yang Anda miliki hari ini sebelum kesempatan itu hilang yang akan menyisakan penyesalan tiada akhir. Wallahu a’lam bisshawab
  1. Уቄυпеኣተвеሾ դикажረδ
    1. ሲнιտուχዚσе ноዮиջፖሳուκ рէлጧη
    2. ԵՒኘασен զ
  2. Ыዋα оሖωδ ρ
    1. Ψулዡժ амυпև
    2. Αнте ցաцርзвθчош фխчիп
Waduh berat itu Pak Kiai, subuh kepagian, saya biasa bangun tidur jam 7, duhur dan asar toko sedang ramai. Masa saya tinggal, rugi saya. Ada jalan lain nggak?". Sebuah jalan dakwah yang indah, tanpa mengkafirkan, tanpa merasa benar sendiri, tanpa merasa superioritas dan tanpa merasa lebih penting dari Tuhan dan juga tanpa mengambil hak Sebagai seorang muslim, kita diwajibkan untuk berdakwah. Ya, kegiatan berdakwah tidak hanya boleh dilakukan oleh ustadz atau kyai saja. Tiap muslim memiliki tugas untuk berdakwah yaitu menyebarkan ajaran agama Islam sesuai dengan syari'at yang benar. Kewajiban berdakwah banyak disebutkan dalam beberapa ayat Al-Qur'an dan hadits Rasulullah SAW. Dakwah tidak hanya bisa dilakukan lewat lisan di sebuah forum majelis atau pengajian saja. Kegiatan dakwah bisa dilakukan siapa saja, kapan saja dan di mana saja. Dakwah bisa dilakukan lewat perbuatan atau pemikiran, bisa berupa himbauan, ajakan atau bahkan gagasan. Asalkan tujuannya untuk mengajak pada jalan kebenaran sesuai Al-Qur'an dan hadits, maka itu tergolong dalam perbuatan dakwah yang benar. Lantas apa sebenarnya pengertian dakwah itu sendiri? Apa definisi dakwah yang benar? Apa pula arti kata dakwah dalam bahasa Arab dan bagaimana penggunaan kata dakwah bisa relevan dengan bahasa Indonesia. Berikut merupakan definisi dan pengertian dakwah sesuai ajaran Islam selengkapnya. Pengertian Dakwah Secara bahasa, dakwah berasal dari kata bahasa Arab yang berarti ajakan atau seruan. Secara umum, dakwah dapat diartikan sebagai kegiatan menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk taat dan beriman kepada Allah sesuai dengan syari'at Islam yang diajarkan. Dalam bahasa Arab, kata dakwah adalah bentuk kata benda yang berasal dari kata kerja 'menyeru' atau 'mengajak'. Memang tidak ada definisi dakwah yang baku. Tiap ulama atau ahli bahasa cenderung memiliki definisi yang agak berbeda. Namun dari semua pengertian, bisa disimpulkan bahwa dakwah merupakan kegiatan menyeru dan mengajak orang agar berada di jalan kebenaran sesuai perintah Allah SWT. Penggunaan kata dakwah awalnya ditujukan pada seruan atau ajakan pada seseorang agar berubah menjadi lebih baik. Namuns eiring perkembangan zaman terdapat pergeseran makna kata dakwah sehingga hanya tertuju pada dakwah dalam ajaran agama Islam. Dalam proses dakwah terdapat dua unsur utama, yaitu pendakwah atau orang yang berdakwah serta sasaran dakwah atau orang/kelompok yang didakwahi. Unsur lain yang ada pada proses berdakwah adalah materi dakwah yang disampaikan, metode dakwah yang digunakan serta landasan dakwah yang dijadikan acuan. Kata dakwah sering dirangkai dengan ilmu atau Islam. Dalam Islam, tiap perkataan, pemikiran atau perbuatan untuk mengajak orang ke jalan kebaikan, amal saleh atau perbuatan baik sesuai syari'at Islam disebut juga dengan dakwah. Untuk itu, dakwah tidak hanya diartikan pada kegiatan ceramah atau pengajian saja, karena dakwah memiliki cakupan arti yang lebih luas lagi yang bisa dilakukan oleh siapa saja. Dakwah pun memiliki tujuan tersendiri. Tujuan dakwah antara lain adalah mengajak orang agar berada pada jalan kebenaran dan berakhlak karimah. Selain itu dakwah bertujuan agar akidah Islam bisa tertanam pada tiap manusia. Adapun manfaat dakwah bagi pendakwah adalah melakukan kewajiban sebagai muslim guna mewujudkan kesejahteraan hidup baik di dunia maupun di akhirat kelak. Macam-Macam Dakwah Dakwah memiliki beberapa macam jenis metode, tergantung pada cara penyampaian si pendakwah kepada sasaran dakwah. Terdapat banyak macam-macam metode berdakwah, di antaranya yaitu sebagai berikut. Dakwah bil Lisan, yaitu dakwah dengan komunikasi lisan atau ucapan, misalnya ceramah atau khutbah Dakwah bil Hal, yaitu dakwah dengan aksi tindakan nyata, misalnya lewat kegiatan Islami atau bakti sosial Dakwah bil Qalam, yaitu dakwah melalui media tulisan, misalnya melalui buku atau media massa Dakwah bil Qudwah, yaitu dakwah memalui sikap keteladanan, misalnya dengan melakukan perbuatan amal shaleh tiap harinya Tiap pendakwah biasanya memiliki metode yang berbeda-beda. Ada yang lihai dalam bercakap hingga memilih metode secara lisan. Namun juga ada yang lebih pandai dalam menulis sehingga memilih berdakwah lewat karya tulisan. Apa pun macam metode dakwah yang dipilih boleh saja asalkan sesuai dengan tujuan dakwah sesuai akidah Islam. Kewajiban Berdakwah Dakwah merupakan tugas dan kewajiban bagi tiap muslim. Artinya tiap muslim diharuskan untuk menyebarkan ajaran Islam pada orang lain. Allah SWT berfirman dalam Surat An-Nahl ayat 25 tentang perbuatan dakwah sebagai berikut. "Serulah oleh kalian umat manusia ke jalan Tuhanmu dengan hikmah, nasihat yang baik, dan berdebatlah dengan mereka secara baik-baik..." QS. An-Nahl125. Dalam hadits Nabi Muhamamd SAW, juga dijelaskan mengenai perintah berdakwah bagi muslim. Contoh hadits tentang berdakwah misalnya adalah sebagai berikut. “Sampaikanlah dariku walaupun hanya satu ayat” dan “Katakanlah kebenaran itu walaupun rasanya pahit/berat” Ibnu Hibban. Nah, itulah sekilas info Islami mengenai pengertian dakwah dan definisi lengkapnya serta macam macam metode dakwah, manfaat dakwah dan dalil kewajiban berdakwah. Sudah menjadi kewajiban bagi kita sebagai muslim untuk melakukan kegiatan dakwah dalam kehidupan sehari-hari. Dakwah pun bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja sehingga bisa dilakukan oleh siapa saja. Sekian info Islami kali ini, semoga bisa bermanfaat. KAJIANPUSTAKA. A. Strategi Dakwah 1. Pengertian strategi. Kata strategi berasal dari bahasa Yunani klasik yaitu Stratos yang artinya tentara dan Agein yang berarti pemimpin. Dengan demikian, strategi dimaksudkan adalah memimpin tentara. Lalu muncul kata Strategos yang artinya pemimpin tentara pada tingkat atas.
Dakwah adalah jalan para nabi dan rasul Allah ﷻ. Tidak ada seorang nabi dan rasul pun diutus oleh Allah ﷻ kecuali untuk berdakwah; menyampaikan risalah-Nya kepada umat nabi dan para rasul adalah orang-orang mulia. Mereka adalah manusia-manusia pilihan Allah ﷻ. Demikian pula tugas dakwah yang mereka emban. Sama-sama mulia. Begitu mulianya, tidak ada yang lebih baik daripada aktivitas dakwah. Allah ﷻ tegas berfirmanوَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَSiapakah yang lebih baik ucapannya daripada orang-orang yang menyeru manusia ke jalan Allah, beramal shalih dan berkata, “Sungguh aku ini termasuk kaum Muslim.” TQS Fushilat [41] 33.Namun demikian, sebagai bagian dari sunatullah, jalan dakwah bukanlah jalan yang mulus. Jalan dakwah adalah jalan terjal, penuh rintangan dan duri. Jalan yang kadang mengundang bahaya. Karena itu tidak sedikit yang berguguran di jalan dakwah. Namun, tidak demikian dengan para nabi dan para rasul. Tak ada satu nabi dan rasul pun kecuali mereka tetap istiqamah dan teguh di jalan dakwah. Salah satu contohnya adalah Nabi Nuh as. Beliau mendakwahi umatnya selama 950 tahun! Lihat QS al-Ankabut [29] 14. Yang luar biasa, beliau mendakwahi umatnya siang dan malam! Namun begitu, sebagaimana kita ketahui, orang-orang yang berhasil beliau dakwahi tidak banyak. Para pengikut beliau sangatlah sedikit. Banyak yang tidak peduli dan lari. Banyak pula yang menentang dakwah beliau Lihat QS Nuh [71] 5-7.Demikian pula Nabi Ibrahim as. dalam mendakwahi kaumnya. Tantangan dakwah beliau sangat berat. Bahkan beliau harus berhadapan dengan penguasa bengis, Raja Namrud. Akibat dakwah beliau, beliau harus rela dibakar dengan nyala api yang sangat besar yang mengepung beliau Lihat QS al-Anbiya’ [21] 66-69. Tantangan dakwah juga dialami oleh Nabi Luth as., Nabi Musa as., dan para nabi/rasul yang yang sama tentu juga dialami oleh Baginda Rasulullah ﷺ dan para Sahabat beliau. Hanya karena dakwah, Rasulullah ﷺ, misalnya, pernah dipukul sampai pingsan HR Muslim; dilempar dengan batu, dilempari saat melewati Pasar Dzul Majaz oleh Abu Lahab HR Ibnu Hibban; dilempari dengan kotoran unta saat sedang sujud oleh Uqbah bin Abi Mu'ith HR al-Bukhari; hendak diinjak lehernya oleh Abu Jahal saat beliau sedang shalat; diejek dan di-bully saat beliau berdakwah ke Thaif HR Ibnu Hisyam; dicaci-maki bahkan diludahi HR ath-Thabari; dituding gila, tukang sihir, pemecah-belah, yang sama dialami oleh para Sahabat beliau. Ragam penyiksaan, misalnya, dialami antara lain oleh suami-istri, yaitu Yasir dan Sumayah, serta putranya, Ammar. Ada juga Sahabat yang diikat, seperti dialami oleh Sa’id bin Zaid bin Amr bin Nufail dan ibunya HR al-Bukhari. Ada yang ditekan oleh Ibunya, seperti dialami oleh Saad bin Abi Waqash HR Ibnu Hibban. Ada yang dijemur di bawah terik matahari, seperti dialami Bilal bin Rabbah HR al-Hakim. Ada yang dilarang tampil dan menyerukan dakwah secara terbuka, seperti dialami oleh Abu Bakar HR al-Bukhari.Rasulullah ﷺ dan para Sahabat juga pernah diboikot selama 3 tahun. Mereka tinggal di suatu lembah. Selama pemboikotan, banyak dari mereka yang kelaparan, terutama anak-anak HR Ibnu Saad dan adz-Dzahabi. Beliau dan para Sahabat pun dihalang-halangi untuk berhijrah. Namun, semua itu tidak sedikit pun membuat mereka mundur dan surut dari jalan Perjuangan DakwahMengapa para nabi dan para rasul Allah ﷻ seluruhnya mengalami ragam tantangan, rintangan dan gangguan di jalan dakwah? Jawabannya setidaknya ada dua. Pertama, karena arah perjuangan dakwah mereka jelas dan tegas menentang segala bentuk kekufuran dan kesyirikan; menentang rezim zalim; menentang sistem status quo yang notabene rusak dan merusak, yang bertentangan dengan risalah yang mereka emban. Itulah risalah tauhid. Risalah yang mengajari manusia agar menyembah dan mengabdi hanya kepada Allah ﷻ. Tentu dengan menjalankan dan menerapkan seluruh syariah-Nya dalam seluruh aspek kehidupan mereka. Dengan begitu yang berlaku di tengah-tengah manusia hanyalah agama-Nya. Allah ﷻ berfirmanهُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًاDialah Allah Yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan kebenaran agar Dia menangkan atas semua agama. Cukuplah Allah sebagai Saksi TQS al-Fath [48] 28.Kedua, tentu karena konsistensi, keistiqamahan dan keteguhan mereka di jalan dakwah. Tidak ada sedikit pun sikap putus asa, gentar apalagi takut. Mereka pantang mundur dari jalan perjuangan di jalan Allah. Bahkan teror kaum kafir terhadap mereka semakin menambah keimanan kepada Allah ﷻ dan makin menguatkan keyakinan mereka akan pertolongan-Nya. Allah ﷻ berfirmanالَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُMereka ditakut-takuti oleh orang-orang yang berseru, “Sungguh orang-orang telah berkumpul untuk menyerang kalian. Karena itu takutlah kalian kepada mereka!” Namun, seruan itu malah makin menambah keimanan mereka. Mereka berkata, “Cukuplah Allah Penolong kami dan Dia adalah sebaik-baik Penolong.” TQS Ali Imran [3] 173.Karena itulah, sebagaimana Rasulullah ﷺ dan para Sahabat, hendaknya para pengemban dakwah hari ini tetap fokus pada arah perjuangan dakwah mereka. Arah perjuangan dakwah yang hakiki tentu harus tertuju pada penegakan sistem kehidupan Islam atau penerapan syariah Islam secara kâffah dalam seluruh aspek Sikap OptimisKarena itu meski tantangan, rintangan dan gangguan di jalan dakwah sudah pasti terjadi, sudah selayaknya para pengemban dakwah tetap memelihara sikap optimis. Optimis bahwa pada akhirnya pertolongan Allah ﷻ akan segera tiba dan kemenangan dakwah akan segera datang. Sebabnya, pertolongan Allah ﷻ itu amat dekat. Demikian sebagaimana firman-Nyaأَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌApakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk surga, sementara belum datang kepada kalian seumpama yang pernah dialami oleh orang-orang sebelum kalian. Mereka ditimpa ragam kesulitan dan bahaya serta berbagai guncangan hingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersama beliau berkata, “Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah sungguh pertolongan Allah itu amat dekat TQS al-Baqarah [2] 214.Karena itu pula, agar kita selalu optimis Pertama, harus ditanamkan ke dalam hati kita dan umat ini, bahwa Islam adalah agama yang haq, yang diturunkan oleh Allah ﷻ untuk mengatur seluruh kehidupan umat manusia QS al-Maidah [5] 3.Kedua, harus ditanamkan ke dalam hati kita dan umat ini, bahwa kita adalah umat terbaik QS Ali Imran [3] 110. Karena itu Allah menetapkan kita dan umat ini sebagai pemimpin dunia, dengan membawa peradaban Islam yang sempurna QS al-Baqarah [2] 143.Ketiga, Allah ﷻ juga memerintahkan kita menerapkan pemerintahan berdasarkan wahyu yang telah Dia turunkan QS al-Baqarah [2] 49. Ini merupakan keniscayaan, bahwa kita dan umat ini adalah pemimpin seluruh umat Allah ﷻ telah berjanji akan memenangkan agama-Nya atas semua agama yang lain QS at-Taubah [9] 33; QS al-Fath [48] 28; QS ash-Shaff [61] 9. Janji ini telah dipenuhi oleh Allah ketika Nabi Muhammad ﷺ masih hidup. Ketika Islam dimenangkan atas seluruh agama baik Yahudi, Nasrani, Paganisme maupun yang lain. Ketika itu ideologi belum lahir. Setelah ideologi Kapitalisme dan Sosialisme lahir, Islam memang secara politik dikalahkan, khususnya setelah Khilafah Islam dihancurkan oleh konspirasi kaum kafir, 3 Maret 1924 M. Namun, yakinlah, sesuai dengan janji Allah ﷻ, Islam akan kembali Dia menangkan atas seluruh ideologi yang ada di dunia. Apalagi Allah ﷻ pun berjanji akan memberikan kembali Kekhilafahan-Nya kepada kaum Mukmin dan orang-orang yang melakukan amal shalih, yang tidak menyekutukan Allah dengan yang lain sedikit pun QS an-Nur [24] 55.Kelima, harus ditanamkan ke dalam hati kita dan umat ini bahwa menegakkan Islam dan seluruh syariahnya dalam seluruh aspek kehidupan ini adalah wajib. Haram umat ini dan seluruh manusia diperintah dan dihukumi bukan dengan syariah Allah ﷻ, sebagaimana yang terjadi hari ini. Sebabnya, siapapun yang tidak memerintah dan berhukum dengan syariah-Nya bisa terkategori kafir, zalim atau fasik Lihat QS al-Maidah [5] 44,45 dan 47.Keenam, harus ditanamkan ke dalam hati kita dan umat ini bahwa setelah semua upaya terbaik sudah dilakukan, maka berikutnya adalah urusan Allah ﷻ Lihat QS ath-Thalaq [65] 3. Dengan kata lain, kita wajib bertawakal kepada Allah ﷻ dengan terus melakukan ikhtiar yang terbaik. Inilah yang menjadi hujjah kita di hadapan-Nya ﷻ berfirmanوَٱصْبِرْ وَمَا صَبْرُكَ إِلَّا بِٱللَّهِ وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَلَا تَكُ فِى ضَيْقٍ مِّمَّا يَمْكُرُونَ - إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَوا وَّٱلَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَBersabarlah Muhammad dan kesabaranmu itu tidak akan terwujud kecuali dengan pertolongan Allah. Janganlah engkau bersedih hati terhadap kekafiran mereka. Jangan pula bersempit dada terhadap tipudaya yang mereka rencanakan. Sungguh Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan para pelaku kebaikan. TQS an-Nahl [16] 127-128. []والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”Kaffah Edisi 226
Jalanitu adalah dakwah. Dakwah itu tentang rasa sayang yang dibungkus keikhlasan. Memilih kata dan cara terbaik, lalu bertawakal. Bahwa dakwah harus ideologis. Artinya, harus menuju pada penegakan Khilafah, pada pengembalian hukum-hukum Islam di tengah umat. Bila tidak berdakwah dengan syariat dan khilafah, maka justru memperlambat kebangkitan.
Jalan dakwah adalah jalan yang mulia dan mahal. Sesungguhnya itulah jalan surga dan diredhai Allah, itulah jalan Allah. "Hai Tuhan kami, tetapkanlah tapak-tapak kaki kami di atas jalanMu". Jalan dakwah adalah jalan yang dipenuhi dengan segala perkara yang dibenci oleh hawa nafsu dan bukan merupakan jalan yang ditaburi bunga-bunga yang mewangi. Beberapa banyak rintangan yang menghalang dan beberapa banyak penyelewengan yang mungkin terjadi dalam beberapa aspek yang menjauhkan orang yang berjalan di atas jalannya. Seorang Muslim yang telah menyadari pengertian iman di dalam dirinya dan hatinya merasa bertanggungjawab terhadap Islam mestilah mencari jalan dakwah yang hendak dilaluinya. Dia mestilah mengetahui manhaj atau cara bekerja dan beriltizam dengannya. Setelah itu, dia wajib mempunyai pengetahuan mengenainya, mempunyai kesadaran dan keyakinan supaya dia tidak mudah tergelincir dan terpesong. Supaya dia tidak tersungkur dengan satu halangan. Di Antara Rintangan dan Penyelewengan Terdapat perbedaan yang jelas di antara rintangan dan penyelewengan. Jalan yang menyeleweng itu membawa orang yang melaluinya terpesong dari jalan yang sahih. Maka selagi dia tidak berusaha memperbaiki dirinya dan meninggalkan penyelewengannya, semakin hari dia akan bertambah jauh dari jalan yang benar terutama orang-orang yang berkobar-kobar semangatnya. Ada kalanya dia susah untuk kembali ke jalan yang sahih dan lurus kecuali dia mendapat rahmat dari Allah Rintangan-rintangan itu biasanya melintang di tengah-tengah jalan dakwah, merintangi para da’i, menahannya, melemahkan keazaman, mengelirukan fikirannya, merusakkan usaha dan hasil dakwahnya dan menjadikan seperti orang lain yang tidak mempunyai bekas, tidak mempunyai pengaruh dan tidak bernilai langsung. Penyelewengan dan rintangan itu berupa ujian dan halangan yang biasanya menimpa orang-orang yang beriman. Berdasarkan firman Allah yang bermaksud "Alif Lam Mim. Adakah manusia menyangka bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan "Kami telah beriman", sedangkan mereka tidak diuji lagi. Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang berdusta".Al-Ankabut 1-3 Setelah kita membahas mengenai penyelewengan di dalam tema sebelumnya, kita akan membahas pula rintangan-rintangan ini di dalam tajuk ini, mengingat sebagian dari saudara saya yang dimuliakan telah mengingatkan saya bahwa pembicaraan mengenai penyelewengan ini sangat penting karena berbahaya, lebih-lebih lagi di masa ini dalam sejarah dakwah Islam, memerlukan penjelasan yang lebih lanjut lagi. Oleh itu kita akan kembali membincangkannya setelah kita selesai membicarakan tentang rintangan-rintangan itu. Rintangan-rintangan dan Halangan-halangannya Manusia Meninggalkan Dakwah Rintangan pertama di jalan dakwah yang dihadapi oleh para duat ialah manusia berpaling dari mereka dan tidak mempedulikan mereka kecuali yang telah diberi hidayat oleh Allah. Sekiranya dugaan-dugaan sedemikian rupa membuat mereka merasa susah, melemahkan keazaman mereka dan mereka tidak berpuas hati dengan sambutan yang telah diperoleh, maka dia telah gagal di permulaan jalan dakwah. Jangan diharapkan lagi mereka ini untuk meneruskan jalannya bersama angkatan para pendukung dakwah kepada Allah. Wajib setiap orang yang melalui jalan dakwah ini mempersiapkan dan memantapkan dirinya di atas jalan dakwah, walau bagaimana pun susahnya. Dia mesti dapat memahami bahwa untuk mendapat sambutan dan mencapai hasil yang memuaskan bukan satu perkara yang mudah karena pendukung dakwah itu menyeru manusia kepada perkara yang berlainan dengan kehendak nafsu mereka, mengajak mereka meninggalkan beberapa kepercayaan yang sesat dan berbagai-bagai perilaku buruk jahiliah. Lantaran itu, para da’i mestilah bersabar dan terus bersabar dalam menyampaikan dakwah walaupun berpaling daripadanya atau tidak memberi perhatian terhadap dakwahnya. Kita mengambil teladan dan qudwah hasanah pada diri Rasulullah di dalam urusan dakwah ini karena baginda adalah manusia yang paling tinggi, ideal dan paling mulia bagi para pendukung yang menyeru manusia pada jalan Allah. Dari sirah Rasul, kita dapati baginda terus menawarkan diri dan dakwahnya kepada kabilah-kabilah dan suku-suku bangsa Arab di pasar-pasar walaupun mereka berpaling dari baginda. Bahkan, mereka mengejek dan mengganggu baginda. Baginda juga merantau ke beberapa tempat yang jauh dan mengalami berbagai kesulitan selama menyampaikan dakwah Islam. Kita juga dapat mengambil teladan yang baik di dalam pengertian ini dari kisah-kisah yang dihidangkan oleh Al-Quran tentang bagaimana unggulnya kesabaran nabi Nuh dalam menyeru kaumnya kepada agama Allah. Dia sanggup bertahan dalam menyeru mereka kepada Allah selama 950 tahun walaupun sebagian besar mereka berpaling dari baginda dan juga mengganggu baginda. Firman Allah “Nuh berkata Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari dari kebenaran. Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka kepada iman agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya ke mukanya dan mereka tetap mengingkari dan menyombongkan diri dengan sombongnya. Kemudian sesungguhnya aku telah menyeru mereka kepada iman dengan terang-terangan kemudian sesungguhnya aku menyeru mereka lagi dengan terang-terangan dan rahasia". Nuh 5-9 Demikianlah kesungguhan dan kesabaran nabi Nuh tatkala menyeru kaumnya kepada Allah siang dan malam, secara rahasia dan terang-terangan tanpa jemu dan putus asa. Kita juga mendapat pelajaran dari kisah nabi Yunus; dengan kaumnya. Dia meninggalkan kaumnya dengan perasaan karena mereka berpaling darinya dan tidak menyambut seruannya lalu Allah memberikan pengajaran kepadanya ditelan ikan Nun. Ini juga iktibar dan pengajaran kepada para pendukung dakwah kepada Allah. "Kewajiban Rasul tidak lain hanyalah menyampaikan". Al-Ma’idah 99 Para duat ila Allah diwajibkan menyampaikan dakwah Islam kepada manusia. Mereka tidak dipertanggungjawabkan akan keberhasilannya dan hanya Allah saja yang berkuasa memberi hidayah. "Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi hidayah kepada seorang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang dikehendakiNya". Al-Qasas 56 Wahai saudaraku, tatkala kamu menyeru manusia kepada Allah dan orang itu menerimanya dengan segera, itu adalah semata-mata karena karunia Allah. Sebaliknya, jika dia menolak dakwah dan berpaling darimu mungkin pada satu hari kelak dia teringat apa yang telah kamu serukan kepadanya lalu dia sadar dan kembali kepada jalan Allah dan saudara hanyalah menjadi faktor penyebab kepada hidayahNya. Sekiranya dia terus mabuk di dalam kesesatannya dan kebodohannya walaupun kamu telah memberikan berbagai hujah, maka kamu telah menunaikan kewajiban kamu terhadapnya. Kita mestilah menyadari hakikat bahwa orang yang kita seru kepada Allah dan kebaikan itu sebenarnya sedang berada di dalam keadaan lupa dan lalai. Oleh itu, mereka tidak sadar dan tidak insaf. Orang seperti itulah yang utama diseru dan diberi peringatan sehingga mereka sadar dan ingat kembali. Janganlah kita menyangka bahwa sambutan mereka yang pertama kepada dakwah telah mencukupi dan memadai untuk meneruskan dan mengekalkan kesadaran mereka terhadap tugas mereka kepada Allah dan kepada Islam supaya mereka terus berjalan di atas sirat almustaqim. Sekiranya kamu membiarkan mereka beberapa saat tanpa peringatan, pendidikan dan tanpa bimbingan seterusnya kemungkinan mereka akan kembali kepada suasana lupa dan lalai. Lantas kita menyangka bahwa mereka telah berpaling dari kita dan dari dakwah Islam, padahal pada hakikatnya, kitalah yang melupakan mereka dan mengabaikan mereka. Jadi kitalah sebenarnya yang bersalah. Cibiran dan Ejekan Tabiat diri kita mudah marah apabila diejek dan diganggu oleh orang lain. Berkat naungan Islam pada umumnya dan penglibatan dalam bidang dakwah pada khususnya, kita diwajibkan melatih diri supaya menerima segala gangguan, ejekan dan hinaan yang menimpa kita di jalan dakwah Islam. Sebenarnya semua ini tidak sedikitpun mengurangi derajat kemuliaan kita. Ambillah uswah hasanah contoh teladan yang baik dari diri Rasulullah sendiri yang telah menerima berbagai ejekan dari kaum musyrikin. Mereka telah melemparkan baginda dengan berbagai tuduhan palsu malah menuduh baginda sebagai pendusta, tukang sihir dan orang gila. Lebih dari itu mereka mengganggu, menyiksa, akhir sekali mereka menawarkan kepada baginda berbagai kemewahan hidup yang istimewa, tetapi ditolak mentah-mentah oleh Rasulullah Mereka mengusir baginda dari negeri baginda tetapi semuanya itu tidak memalingkan baginda dari dakwah, bahkan baginda terus mengembangkan dakwahnya dengan lebih giat lagi sambil berdoa kepada Allah supaya Allah memberi hidayah kepada mereka, dengan bersabda "Hai Tuhanku berikanlah petunjuk kepada mereka karena sesungguhnya mereka itu tidak mengetahui". Dengan uslub al-hakim cara yang bijaksana seperti itu Rasulullah telah sukses menawan beberapa hati yang tadinya tertutup dan menarik beberapa manusia kepada Islam yang tadinya berpaling dari baginda dan yang selama ini menentang baginda. Benarlah Allah Yang Maha Agung apabila berfirman "Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru manusia kepada Allah dan beramal soleh dan berkata "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri". Tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Dan tolaklah kejahatan itu dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang di antaramu dan dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar". Fusillat 33-3 Para da’i tidak boleh sekali-kali marah kepada dirinya. Janganlah dijadikan ejekan dan gangguan manusia sebagai satu sebab yang membawa dia berpaling dari tugas yang mulia ini atau menyebabkan dia berhenti dari usaha dakwah. Jadilah kamu seperti apa yang dikatakan oleh Imam As Syahid Hassan al-Banna "Jadilah kamu dengan manusia seperti pohon buah-buahan yang mereka lempari dengan batu, tetapi pohon itu sebaliknya melempari manusia dengan buah-buahnya". Penyiksaan Penyiksaan dari petinggi jahiliah terdiri dari berbagai rupa dan warna dan datang dari berbagai sudut. Penyiksaan terhadap jasmani, rohani dan gangguan terhadap harta, ahli keluarga dan masyarakat, ataupun pemerintah yang sedang berkuasa yang zalim. Mereka inilah yang diseru kepada Allah supaya kembali kepada Islam. Kita tidak berkata dari pusat kekuatan mereka karena mereka sebenamya lemah, apabila mereka tidak dapat mematahkan hujah-hujah pendukung dakwah Islam, mereka menggunakan cara yang lemah yaitu dengan menerkam, memukul, mencengkram dengan kuku besi mereka dan menyiksa para pendukung kebenaran karena mereka menganggap dan menyangka bahwa kekejaman, pembunuhan dan penyiksaan mereka yang tidak berperikemanusiaan itu akan menghapuskan suara kebenaran ataupun memadamkan nur Ilahi dan sinar Islam. Tetapi sangkaan mereka pasti menemui kegagalan. "Mereka mau memadamkan nur Allah dengan mulut ucapan-ucapan mereka, dan Allah menyempurnakan cahayanya walaupun dibenci oleh orang-orang kafir". At-Taubah 32 Inilah dia sunnah Allah dalam dakwah untuk pendukung dakwah yang telah berlaku, yang sedang berlaku dan akan terus berlaku sepanjang umur manusia di muka bumi ini. "Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga padahal belum datang kepadamu cobaan sebagaimana halnya orang-orang yang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dam kesengsaraan, serta digoncangkan bermacam-macam cobaan sehingga berkatalah rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah bahwa sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat". Al-Baqarah214 Jadi apabila para du’at tidak ridha menerima gangguan dan penyiksaan seperti ini, tidak sabar menanggung sengsara, tidak mengharapkan pahala dari Allah dan hanya mengutamakan kenyamanan dan keselamatan. Gejala ini akan menimbulkan akibat yang merugikan agamanya, merugikan kedudukannya dalam menegakkan kebenaran, malah ia ridha duduk dan tinggal bersenang-senang di rumahnya menjauhkan diri dari jihad dan dakwah. Tidak mau lagi meneruskan perjalanan di jalan dakwah dan tidak mau lagi mengumandangkan suara dakwah dan kebenaran. Akhirnya dia mengalami kekalahan total di dalam melintasi rintangan itu. Dengan sendirinya, dia mengharamkan dirinya dari mencapai kemuliaan angkatan mujahidin dan ketinggian derajat pendukung dakwah. Allah pasti menggantikannya dengan orang lain yang lebih ridha berjihad pada jalan Allah tanpa takut kepada cercaan siapa pun. "Dan jika kamu berpaling, niscaya Dia akan menggantikan kamu dengan kaum yang lain dan mereka tidak akan seperti kamu ini." Muhammad 38 Pada hakikatnya, Allah Maha Kaya dari kita dan jihad kita. "Barangsiapa yang berjihad maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya tidak memerlukan sesuatu dari semesta alam." Al-Ankabut 6 Oleh karena itu para dai wajib memperkuat azam mereka, mengukuhkan kemauan mereka sejak bermulanya langkah pertama di atas jalan dakwah. Bersedia menanggung segala sengsara dan gangguan dari manusia, meminta bantuan hanya kepada Allah mengutamakan apa yang ada di sisi Allah, membulatkan keyakinan dan mempercayai dengan sepenuh jiwa raga bahwa segala bala bencana asalkan bukan neraka adalah baik belaka. Maka janganlah menyerah kalah berhadapan dengan kebatilan yang sedang merongrong dan mengancamnya. Sesungguhnya pada Rasulullah itu ada teladan yang baik. Qudwah hasanah yang telah ditunjukkan oleh para sahabat Rasulullah di dalam menanggung sengsara penyiksaan dan gangguan, tetapi mereka bersabar. Bersama kesusahan itu ada kesenangan dan bahwa gangguan itu merupakan tanda-tanda baik dan berita gembira dan kemenangan serta pertolongan dari Allah. "Dan sesungguhnya telah didustakan Rasul-rasul sebelum kamu akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan terhadap mereka, sampai datang pertolomgan kami kepada mereka. Tidak ada seorang pun yang dapat merubah kalimah-kalimah janji Allah". Al-An aam 34 Kelapangan dan Kesenangan Setelah Kesusahan Para pendukung dakwah yang muslim, biasanya mampu menghadapi bukit-bukit rintangan yang telah lalu yang berupa penolakan manusia, ejekan mereka serta gangguan dan penentangan mereka. Dengan penuh kesabaran, ketahanan, kesadaran dan kewaspadaan mereka mengumpulkan segala tenaga yang ada pada mereka untuk menghadapi gangguan pihak-pihak pendukung kebatilan jahiliah dan akhirnya mereka mencapai kejayaan. Kekuatan, kemauan dan jiwa mereka tidak pernah lemah dan luntur walaupun menghadapi kesusahan hidup, kerusakan dan keburukan suasana serta berbagai gangguan dan penindasan dari pihak yang menentang dakwah. Sehingga akhirnya Allah menghapuskan kesusahan, kesulitan dan meringankan tekanan dan gangguan baik seluruhnya atau sebagiannya. Biasanya pertolongan Allah ini akan mengurangi kepayahan dan keletihan serta menimbulkan kerehatan dan kelapangan untuk ketenangan saraf dan ketenteraman jiwa demi memperbaharui keaktifan dan kesegaran. Di sinilah lahirnya pula satu bukit halangan yang tidak terduga. Ketenangan jiwa, ketenteraman warna suasana penuh kerehatan dan kelapangan, kadang-kadang melalaikan kita, lantas kita menyerah kepadanya dan terus terlelap dan enak di dalamnya. Terutamanya apabila kerehatan dan kelapangan itu disertai oleh kemewahan atau kesenangan hidup. Kadang-kadang orang yang terjatuh pada bentuk rintangan seperti ini akan mencari-cari dan mereka-reka berbagai alasan untuk membenarkan tindakannya yang tidak sesuai dengan harakah dan merugikan dakwah Islam dan jihad. Sikap ini hanyalah semata-mata bertujuan untuk mengurangkan tekanan jiwa lawwamahnya jiwa yang menyesali. Akhirnya kerehatan dan kelapangan yang terbuka itu menjadi sempurna tanpa sebarang tekanan. Oleh karena itu, pendukung dakwah yang benar janjinya kepada Allah dan benar niatnya untuk berdakwah dan telah menjual dirinya dan hartanya kepada Allah, mesti menyadari dan menginsafi perkara ini dan hendaklah berterusan melepasi rintangan demi rintangan tanpa tersangkut dan tersungkur padanya. Saudara-saudaranya pula mesti menarik tangannya dan menolongnya untuk bangkit kembali meneruskan jihad dan perjuangannya di jalan Allah. Dakwah Islam senantiasa memerlukan usaha dan tenaga yang maksimal supaya dakwah senantiasa subur dan mekar. Alhamdulillah. Kemenangan dan kelapangan yang terluang tadi hanyalah merupakan alat peluang untuk memperbaharui kekuatan, kegiatan. "Dan tanah yang baik, tanam-tanamannya tumbuh subur dengan izin Allah" Al-A’raaf58
Dakwahitu ibarat gerbong kereta yang mengangkut para aktivisnya sebagai penumpang. Jika ada seseorang yang tertinggal dari gerbong, akan ada saja orang lain yang menggantikan kursi tempat duduknya. Tertinggalnya orang tersebut hampir tidak berpengaruh pada dakwah. Sebaliknya, yang tertinggal itulah yang menjadi rugi.
Oleh Winda S Septiana, [email protected] Rasulullah berdakwah tidak sekadar meminta masyarakat untuk melaksanakan ibadah yang bersifat individu. Tapi sampai menjadi islam tegak di muka bumi dan menjadi tatanan sebuah kehidupan dalam bermasyarakat. Sebab itu, dakwah adalah sebuah perjalanan panjang dan berat. Bahkan perjalanan dakwah bisa lebih panjang usianya daripada usia kita para dai. “Dakwah ini tidak mengenal sikap ganda. Ia hanya mengenal satu sikap Totalitas. Siapa yang bersedia untuk itu, maka ia harus hidup bersama dakwah dan dakwah pun melebur dalam dirinya. Sebaliknya, barangsiapa yang lemah dalam memikul beban dakwah, ia akan terhalang dari pahala besar seorang mujahid dan tertinggal bersama orang-orang yang duduk tanpa mengambil peran. Lalu Allah akan mengganti mereka dengan generasi lain yang lebih baik dan lebih sanggup memikul dakwah ini.” Hasan Al-Banna Ada Beberapa tingkatan dakwah yang harus dilalui untuk sampai pada tingkatan tertinggi, antara lain 1. Membina Individu Pada tahapan pertama dalam dakwah individu yaitu dengan membina orang terdekat. Mengikat dengan halaqoh yang bersifat terus-menerus dalam waktu yang panjang demi mengupayakan perbaikan ruhiyah secara Individu, agar terciptanya pribadi yang shalih serta berdaya guna. 2. Membina keluarga Setelah selesainya di tahapan pembinaan individu, tugas seorang dai adalah membina keluarganya untuk menjadi keluarga yang Rabbani, keluarga yang mampu mentauhidkan Allah. Agar dari keluarga yang terbina lahirlah dari sana generasi-generasi yang akan meneggakkan agama Allah di belahan bumi manapun saat kakinya berpijak. 3. Membina masyarakat Setelah selesai dalam pembinaan keluarga, sehingga terbentuknya kader kader dakwah dari keluarga para dai, maka masing-masing keluarga daiyah itu mempunyai tanggung jawab dakwah dalam membina masyarakat. 4. Membangun bangsa dan negara Seiring perjalanan waktu dalam membina keluarga dan masyarakat, maka keluarlah dan bergeraklah, kini saatnya membangun peradaban dalam skala yang lebib besar. Membangun Bangsa dan Negara. 5. Membangun peradaban dunia Jika sudah melewati tahapan dakwah sampai tingkat Negara, maka sampailah kita pada titik puncak tertinggi dan bangunlah peradaban dunia yang baru dengan menjadikan islam sebagai sebuah tatanan kehidupan dalam bermasyarakat. Agenda para dai adalah satu rangkaian panjang sehingga islam mampu tegak di muka bumi. Yang tidak hanya sekadar lingkaran, tidak hanya sekadar dauroh, tidak hanya sekadar kajian-kajian bulanan. Tapi lebih besar lagi tujuan dakwah kita. Yaitu untuk menciptakan sebuah tatanan kehidupan baru yang berlandaskan aturan-aturan islam. Sebab, hakikat setiap kita adalah dai maka sudah semestinya kita membina individu sampai kalimat Allah tegak di seluruh penjuru bumi. Usia kita mungkin tidak akan sampai pada peradaban dunia baru. Tapi Allah telah mencatat kita sebagai bagian dari perjuangan di jalan dakwah ini. Perjalanan ini panjang dan berat. Sudah menjadi Tugas seorang dai untuk tidak hanya sekadar baik bagi diri sendiri, keluarga sendiri, dan tidak hanya selesai pada kehidupan di masyarakat yang baik. Tapi untuk dakwah yang lebih luas sehingga mampu mencakup ke seluruh penjuru di muka bumi. Sudah menjadi tabiat manusia itu senangnya santai santai dan seringkali terlena pada waktu luang. Namun jika amanah berat datang justru menghindar. Tapi percayalah wahai kader dakwah. Bahwa Allah, memilih kita para pengemban dakwah maka sangat tidak mungkin amanah itu salah sasaran. Saat amanah itu datang, maka bersiapsiagalah kita untuk mengembannya, bukan malah menghindar. Dan Allah memberikan ganjaran yang sesuai bagi perjuangan dan pengorbanan yang kita berikan untuk dakwah. Sebesar apa perjuangan dan pengorbanan yang kau berikan untuk dakwah. Sebesar itu juga pahala yang Allah berikan untuk kita. Begitu juga dengan kedudukan kita di mata Allah itu setara dengan perjuangan dan pengorbanan yang kita berikan untuk dakwah. Maka berikanlah yang terbaik untuk Allah. Apa yang telah mereka para salafush shalih berikan untuk dakwah sungguhlah tidak ada tandingannya sedikitpun dengan yang kita berikan hari ini. Mereka lah para pembangun dakwah di awal perjuangan, kita sebagai generasi setelah mereka menjadi penerus perjuangan panjang ini. Bersabarlah sampai Allah katakan “Cukup sampai di sini!”. Maka persiapkanlah dirimu sebelum berdakwah. Sebelum membina. Sehingga membina dengan kualitas jihad. Siapkan materi, Fisik, Ruhiyah dan Cinta pada jalan ini. Jihad menjadi satu kewajiban bagi setiap kita, baik dalam keadaan ringan ataupun berat seperti dalam firmanNya QS. At-Taubah 9 Ayat 41 Berangkatlah kamu baik dengan rasa ringan maupun dengan rasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan jiwamu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” Dakwah juga ibarat jual beli dengan Allah. Sungguh tidak pernah merugi atas apa yang kita jual kepada Allah, pada harta keluarga dan jiwa sungguh itulah kepunyaan Allah. Allah abadikan dalam firmanNya QS. At-Taubah 9 Ayat 111 “Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin, baik diri maupun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah; sehingga mereka membunuh atau terbunuh, sebagai janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan Al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain Allah? Maka bergembiralah dengan jual-beli yang telah kamu lakukan itu, dan demikian itulah kemenangan yang agung.” Sudah menjadi hakikat bagi seorang kader dakwah untuk berjuang bersama-sama, berlomba dalam menebar benih kebaikan, di dalam barisan itu ada keberkahan, ada cinta dan sayap-sayap malaikat yang menaungi tiap perjumpaan para kader dakwah. Ambil peranmu dalam dakwah, sebab dakwah akan tetap berjalan dengan adanya kamu atau tidak dalam barisan. Wallahualam. []
Оձθтрስጳ ቧጥጧ ላεታиσешԺе ዠалուсօ
Яջ ιቬапрԵвоንе ξխсн ջ
Слелоκир жօхру ցУգуզош то
Рсама κθፁАχэвυքι жя
И ιцуктուГлеጻужևчο оцաлοч иሩፕ
Епօхዚлор րабፔֆижΥሱаշετጵс х
JalanDakwah Itu Pasti Berat. Warna Yogyakarta, sambil menahan tetes air mata haru tak terkira, rasa bahagia dan rasa gembira tak tertahankan karena jalan dakwah yang di-idam-idamkan untuk dimudahkan dan di lapangkan jalanya sudah dibantu dibuka lebar-lebar, الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ - Segala

11K views, 38 likes, 4 loves, 0 comments, 113 shares, Facebook Watch Videos from Mp3 Kajian & Ebook Salaf: ⏭️ JALAN DAKWAH ITU BERAT, TIDAK SEMBARANG

Пеρиςըբ πεծогиκυгиΑժοлихрум о атըмጇп
ፒαሖютраւոጣ ξ ኾሼևτክнеሏեчΧущич φጻр
Ծеጣиψոኪ иκужጄրокО ուጾурсес ζիтроճու
Σисви шէкрኮнረнДремосваኦе сеπ лևслኣжежо
Ուл епунаща иμԽβυն укыሃаዒучут оգቼማесвա
ngaji #tafir #dakwahKajian Kitab Tafsir Al Qur'an Al AdzimKarya Al Imam Ibnu Katsir RhmSurat Al An'am ayat 7 dstbersama Sayyidil Walid Al Habib Ahmad Syaugi Jalandakwah ini memiliki beban yang sangat berat, beban risalah Ilahiyah, beban menyelamatkan manusia dari kejahilan, kezhaliman dan kesengsaraan. Karenanya kita harus memperkuat diri dengan kekuatan iman dan taqwa, kekuatan ilmu dan amal shalih. Akhi al-Karim, Jalan dakwah ini sangatlah panjang, penuh halangan dan rintangan.

Dakwahsebagai amalan andalannya dalam merayu Allah. Ia akan menjalankan dengan penuh kesungguhan, totalitas, dan lapang dada. Sulit dan terjal adalah keniscayaan, namun bagi orang yang ringan akan terus menapaki jalan itu tanpa keluh kesah , tanpa berat hati, senantiasa optimis dan tawakal.

.